Masya Allah, Bukti Cinta Tulus Anak Perempuan pada Ayahnya, Semoga Yang Membagikan Ini Selalu Berbakti Kepada Orang Tuanya
buat terus dapat mengasihi seorang dengan kesabaran merupakan suatu yang sulit dicoba. kasih sayang merupakan kerasa yang mencuat dari hati yang tulus buat menyayangi, mengasihi, dan membagikan kebahagian seluruhnya.
perasaan sayang hendak terjalin, bila kita kenali dekat dengan seorang. serupa dalam keluarga kasih sayang amat diperlukan, baik kasih sayang orang tua kepada anak maupun kebalikannya.
kata kasih sayang hendak tidak bermakna bila tidak diimbangi dengan perbuatan. serupa trik perempuan berbaju kuning yang satu ini, yang lagi menggendong bapaknya.
roda benar berbalik, bila dahulu si bapak kerap menggendongnya waktu kecil saat ini saatnya dia yang menggendong si bapak yang tidak sanggup berjalan karna usia.
begitu inspiratif triknya mengasihi si bapak paling utama buat kanak – kanak yang lebih memilah meninggalkan orang tua mereka di umur tua dan juga membiarkan teman mengasuh orang tua mereka.
dalam serangkaian photo berbarengan yang dibagikan ke media sosial facebook, perempuan ini nampak tulus melaksanakan aktivitas tersebut, dengan tersenyum lebar dikala lagi menggendong dan juga tuntas memandikan si bapak.
penulis:
christyana caroline
( sumber: https: //www. liputan6. com/citizen6/read/2461329/cinta – tulus – anak – perempuan – pada – ayahnya#utm_source=kiky )
perasaan sayang hendak terjalin, bila kita kenali dekat dengan seorang. serupa dalam keluarga kasih sayang amat diperlukan, baik kasih sayang orang tua kepada anak maupun kebalikannya.
kata kasih sayang hendak tidak bermakna bila tidak diimbangi dengan perbuatan. serupa trik perempuan berbaju kuning yang satu ini, yang lagi menggendong bapaknya.
roda benar berbalik, bila dahulu si bapak kerap menggendongnya waktu kecil saat ini saatnya dia yang menggendong si bapak yang tidak sanggup berjalan karna usia.
begitu inspiratif triknya mengasihi si bapak paling utama buat kanak – kanak yang lebih memilah meninggalkan orang tua mereka di umur tua dan juga membiarkan teman mengasuh orang tua mereka.
dalam serangkaian photo berbarengan yang dibagikan ke media sosial facebook, perempuan ini nampak tulus melaksanakan aktivitas tersebut, dengan tersenyum lebar dikala lagi menggendong dan juga tuntas memandikan si bapak.
penulis:
christyana caroline
( sumber: https: //www. liputan6. com/citizen6/read/2461329/cinta – tulus – anak – perempuan – pada – ayahnya#utm_source=kiky )
Mungkin
sebagian dari kita bingung mengisi waktu liburan kali ini. Ada yang
mengisinya dengan menonton televisi, tamasya, belanja, jalan-jalan, dan
lain-lain. Ada yang mengisi liburannya dengan setumpuk kegiatan
organisasi di kampus, ada pula yang mengisinya dengan menghadiri banyak
pengajian. Sebagian mengisi liburan dengan kegiatan yang bermanfaat,
sedangkan sebagian yang lain mengisinya dengan kegiatan yang sia-sia.
Terlepas dari semua itu, tidakkah kita ingat bahwa terdapat suatu
kegiatan yang sangat mulia dan utama? Kegiatan mulia yang bernama “berbakti kepada kedua orang tua”.
Kita pasti sudah tidak asing dengan kata “berbakti kepada kedua orang tua” yang sering kita jumpai di pengajian-pengajian dan buku-buku keislaman. Kali ini, kami ingin mengingatkan kembali tentang tema berbakti kepada kedua orang tua serta kisah para ulama dalam menaati kedua orang tua.
Kedudukan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Islam
Islam menjadikan berbakti kepada kedua orang tua sebagai sebuah kewajiban yang sangat besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika ditanya tentang amal-amal saleh yang paling tinggi dan mulia,
“Shalat tepat pada waktunya … berbuat baik kepada kedua orang tua … jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lihatlah … betapa kedudukan orang tua sangat agung dalam Islam, sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menempatkannya sebagai salah satu amalan yang paling utama. Lalu, sudahkah kita berbakti kepada kedua orang tua?
Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya kembali, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Lagi-lagi beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu pun bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Maka beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Perkataan Salafush Shalih (Generasi Pendahulu yang Saleh) tentang Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Suatu ketika Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepada seseorang, “Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk ke dalam surga?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibnu Umar berkata, “Berbaktilah kepada ibumu. Demi Allah, jika engkau melembutkan kata-kata untuknya, memberinya makan, niscaya engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Bukhari)
Subhanallah … Dewasa ini sering kita saksikan banyak orang yang melakukan ritual-ritual ibadah yang menyimpang karena kebodohan mereka dengan tujuan agar terhindar dari api neraka dan mendekatkan diri ke surga. Padahal kalau mereka tahu, sebenarnya alangkah dekatnya mereka dengan surga. Ya … surga yang selalu menjadi penggerak jiwa para salafush shalih untuk bisa meraihnya, yang dipenuhi dengan kenikmatan, beraroma kasturi, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, yang membuat segenap jiwa merindukannya, yang menjadi harapan utama bagi setiap mukmin. Semua itu bisa mereka raih dengan berbakti kepada kedua orang tua selama mereka menjauhi dosa besar.
Kisah Seorang Wanita yang Berbakti kepada Ibunya
Yahya bin Katsir menceritakan, “Suatu ketika Abu Musa Al-Asy’ari dan Abu Amir radhiyallahu ‘anhuma datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berbaiat kepada beliau dan masuk Islam. Ketika itu, beliau bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan terhadap istrimu yang kamu tuduh ini dan itu?’ Keduanya menjawab, ‘Kami tinggalkan dia bersama keluarganya.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya mereka telah diampuni.’
‘Mengapa wahai Rasulullah?’ tanya mereka. Beliau menjawab, ‘Karena dia telah berbuat baik kepada ibunya.’ Kemudian beliau melanjutkan, ‘Dia memiliki ibu yang sangat tua. Suatu ketika ada orang yang berseru, ‘Hai, ada musuh yang hendak memporak-porandakan kalian!’ Lalu ia menggendong ibunya yang telah tua itu. Bila kelelahan, ia turunkan ibunya kemudian ia gendong ibunya di depan. Ia taruh telapak kaki ibunya di atas telapak kakinya agar ibunya tidak terkena panas. Begitu seterusnya hingga akhirnya mereka selamat dari sergapan musuh.’”
Saudariku … renungkanlah, bila kita simak kisah di atas lebih mendalam, kita akan mengetahui bahwa berbakti kepada orang tua—terutama ibu—menjadi sebab kebahagiaan seseorang di dunia dan di akhirat. Maka selayaknya kita berusaha agar bisa meraih kebahagiaan itu selagi orang tua kita masih hidup. Kemudian bandingkanlah keadaan di zaman kita dengan kisah di atas. Alangkah jauh perbedaannya! Apakah yang memberatkan kita untuk berbakti kepadanya sebagaimana yang telah dilakukan oleh salafush shalih? Apa yang menghalangi kita untuk berbakti kepadanya jika hal tersebut akan membuat kita bahagia dan menjadi orang yang kaya pahala dan tenteram hatinya?
Sungguh merugi jika kita mengetahui dekatnya surga denganberbakti kepada kedua orang tua, tetapi kita malah melalaikannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda,
“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau ingin maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah ia.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dalam hadits lain beliau juga bersabda, “Celaka, celaka, celaka!” Ada yang bertanya,”Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang mendapati salah satu atau kedua orang tuanya telah berusia lanjut, tetapi tidak membuatnya masuk ke dalam surga.” (HR. Muslim)
Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/5753-berbakti-kepada-kedua-orang-tua.html
Kita pasti sudah tidak asing dengan kata “berbakti kepada kedua orang tua” yang sering kita jumpai di pengajian-pengajian dan buku-buku keislaman. Kali ini, kami ingin mengingatkan kembali tentang tema berbakti kepada kedua orang tua serta kisah para ulama dalam menaati kedua orang tua.
Kedudukan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Islam
Islam menjadikan berbakti kepada kedua orang tua sebagai sebuah kewajiban yang sangat besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika ditanya tentang amal-amal saleh yang paling tinggi dan mulia,
“Shalat tepat pada waktunya … berbuat baik kepada kedua orang tua … jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lihatlah … betapa kedudukan orang tua sangat agung dalam Islam, sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menempatkannya sebagai salah satu amalan yang paling utama. Lalu, sudahkah kita berbakti kepada kedua orang tua?
Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya kembali, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Lagi-lagi beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu pun bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Maka beliau menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Perkataan Salafush Shalih (Generasi Pendahulu yang Saleh) tentang Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Suatu ketika Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepada seseorang, “Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk ke dalam surga?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibnu Umar berkata, “Berbaktilah kepada ibumu. Demi Allah, jika engkau melembutkan kata-kata untuknya, memberinya makan, niscaya engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Bukhari)
Subhanallah … Dewasa ini sering kita saksikan banyak orang yang melakukan ritual-ritual ibadah yang menyimpang karena kebodohan mereka dengan tujuan agar terhindar dari api neraka dan mendekatkan diri ke surga. Padahal kalau mereka tahu, sebenarnya alangkah dekatnya mereka dengan surga. Ya … surga yang selalu menjadi penggerak jiwa para salafush shalih untuk bisa meraihnya, yang dipenuhi dengan kenikmatan, beraroma kasturi, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, yang membuat segenap jiwa merindukannya, yang menjadi harapan utama bagi setiap mukmin. Semua itu bisa mereka raih dengan berbakti kepada kedua orang tua selama mereka menjauhi dosa besar.
Kisah Seorang Wanita yang Berbakti kepada Ibunya
Yahya bin Katsir menceritakan, “Suatu ketika Abu Musa Al-Asy’ari dan Abu Amir radhiyallahu ‘anhuma datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berbaiat kepada beliau dan masuk Islam. Ketika itu, beliau bertanya, ‘Apa yang kamu lakukan terhadap istrimu yang kamu tuduh ini dan itu?’ Keduanya menjawab, ‘Kami tinggalkan dia bersama keluarganya.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya mereka telah diampuni.’
‘Mengapa wahai Rasulullah?’ tanya mereka. Beliau menjawab, ‘Karena dia telah berbuat baik kepada ibunya.’ Kemudian beliau melanjutkan, ‘Dia memiliki ibu yang sangat tua. Suatu ketika ada orang yang berseru, ‘Hai, ada musuh yang hendak memporak-porandakan kalian!’ Lalu ia menggendong ibunya yang telah tua itu. Bila kelelahan, ia turunkan ibunya kemudian ia gendong ibunya di depan. Ia taruh telapak kaki ibunya di atas telapak kakinya agar ibunya tidak terkena panas. Begitu seterusnya hingga akhirnya mereka selamat dari sergapan musuh.’”
Saudariku … renungkanlah, bila kita simak kisah di atas lebih mendalam, kita akan mengetahui bahwa berbakti kepada orang tua—terutama ibu—menjadi sebab kebahagiaan seseorang di dunia dan di akhirat. Maka selayaknya kita berusaha agar bisa meraih kebahagiaan itu selagi orang tua kita masih hidup. Kemudian bandingkanlah keadaan di zaman kita dengan kisah di atas. Alangkah jauh perbedaannya! Apakah yang memberatkan kita untuk berbakti kepadanya sebagaimana yang telah dilakukan oleh salafush shalih? Apa yang menghalangi kita untuk berbakti kepadanya jika hal tersebut akan membuat kita bahagia dan menjadi orang yang kaya pahala dan tenteram hatinya?
Sungguh merugi jika kita mengetahui dekatnya surga denganberbakti kepada kedua orang tua, tetapi kita malah melalaikannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda,
“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau ingin maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah ia.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dalam hadits lain beliau juga bersabda, “Celaka, celaka, celaka!” Ada yang bertanya,”Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang mendapati salah satu atau kedua orang tuanya telah berusia lanjut, tetapi tidak membuatnya masuk ke dalam surga.” (HR. Muslim)
Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/5753-berbakti-kepada-kedua-orang-tua.html